Hai teman-teman, Selamat datang diblog aku:v simak terus jangan sampai ketinggalan

Minggu, 07 Oktober 2018

Catatan Pendek untuk Langkah Kakiku yang Panjang

Suatu hari, di suatu senja langit sore dengan suasana keindahan alam perkampunganku yang masih terlihat sama dan terasa sejuk serta damai. Dari ufuk barat, terlihat panorama cahaya mentari yang berwarna kemerah-merahan semakin menghiasi langit di kampung pedesaanku. Sungguh, aku sangat bahagia karena kerinduanku akan kampung masa kecilku kini telah tersampaikan. Bersama tiupan angin sore yang berhembus, aku berjalan pelan-pelan menyusuri jalan-jalan kecil dikampung pedesaanku. Dengan riang, aku berjalan sembari merentangkan kedua tanganku, seraya kemudian memejamkan kedua mataku untuk merasakan kesegaran dan kesejukan udara yang masih alami kurasakan ditempat tinggalku dimana aku dilahirkan dulu, yaitu di Desa Bulukerto tercinta. Namun seketika dimana aku hendak berjalan menuju kerumahku dipersimpangan jalan tanpa sengaja aku berpapasan dengan kakek yang dulu hingga sekarang menemaniku bermain. Satu hal yang tiba-tiba mengingatkanku adalah saat kakek menemaniku melihat kesenian kuda lumping. Padahal waktu itu aku sudah bersekolah Taman Kanak-kanak, akan tetapi kakek selalu menggendongku. Tanpa lelah kakek selalu mengajakku melihat berrbagai macam kesenian yang sering ditampilkan di Desaku.
            Salah satunya adalah kesenian Kuda Lumping yang selalu ditampilkan setiap satu bulan sekali pada hari jumat legi yang konon katanya untuk melestarikan budaya lokal nenek moyang kami agar para generasi penerus tetap melstarikannya dan tidak melupakan serta mengenalkan kepada anak cucunya. Tarian Kuda Lumping biasanya ditampilkan oleh penari laki-laki yang membawa Kuda yang terbuat dari anyaman Bambu. Mula-mula si penari menari secara serempak yang diiringi musik gamelan. Lama kelamaan penari ini mengalami kesurupan yaitu sebuah fenomena disaat seseorang berada di luar kendali dari pikirannya sendiri atau karena kekuatan gaib yang merasuk ke dalam jiwa seseorang. sehingga mereka bertindak yang aneh-aneh sebab tak sadarkan diri. Ada yang makan beling atau kaca, gelas, bunga, dan api. Tapi itulah keunikan dari pertunjukkan kesenian kuda lumping. Pada saat penari mengalami kesurupan, maka  penonton semakin heboh menyaksikannya. Aku dan kakek pun enggan meninggalkan tempat hingga pertunjukkan berakhir. Lamunanku tentang masa kecil bersama kakek tiba-tiba terhenti ketika suara Adzan dari Surau seberang berkumandang. Aku pun beranjak pulang mengikuti langkah kakek dari belakang.
            Tiba-tiba tak terasa senja langit sore telah berganti dengan gelapnya malam. Kakek pun menyuruhku untuk sesegera mungkin kembali kerumah agar ibuku tak khawatir mencariku. Sebelum aku kembali kerumah, kakekku berpesan agar aku meminta izin kepada ibuku karena besok akan mengajakku menyusuri tempat-tempat yang mempunyai nilai sejarah kearifan lokal desaku tercinta ini. Aku semakin penasaran dan tidak sabar menunggu datangnya pagi. Karena ada banyak pertanyaan yang memenuhi otakku dari dahulu yang akan aku tanyakan kepada kakekku.
            Kakek Darmadji adalah nama kakek kesayanganku  yang lahir sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau adalah salah satu tokoh masyarakat yang tentu saja mengetahui betul sejarah Desa bulukerto dan juga asal usul tempat-tempat sejarah didesa ini. Kakekku adalah sesosok yang selalu disegani oleh para warga desa Bulukerto karena beliau sudah dianggap sebagai sesepuh desa Bulukerto. Walaupun seluruh uban sudah menutupi kepala kakek, akan tetapi hal itu tidak mengalahkan semangat kakek untuk terus mempertahankan dan melestarikan budaya serta adat istiadat desa kami. Beliau selalu berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan melestraikan budaya lokal. Dengan begitu warga dan generasi penerus desa tidak akan melupakanya.
            Pagi yang cerah pun telah tiba, saat yang kunanti-nantikan berjalan bersama kakek akan segera terwujud. Aku semakin tidak sabar  lagi menunggu kedatangan kakek. Sebelum beranjak pergi, tidak lupa secangkir teh hangat dan sepotong roti coklat telah mengisi perutku yang kosong. Sesegera mungkin kuikatkan tali sepatuku dan kubawa tas dipundakku karena kakek telah menjemputuku. Lalu dengan riang hati kulangkahkan kakiku bersama Kakek Darmadji menyusuri jalan perkampungan. Udara yang masih sejuk dan embun yang menempel di dedauan menambah semangat kita untuk terus melangkahkan kaki. Jalan perkampungan sawah yang masih asri dengan berbagai macam sayur sayuran melengkapi keindahan kampung desaku.
Langkah kami pertama yaitu menuju Pendopo kasepuhan yang berada di desa kami yaitu Desa Bulukerto tepatnya di Dusun Buludendeng. Saat aku sampai kesana aku sangat terkejut dengan tempat tersebut karena pendopo tersebut memiliki banyak lukisan yang dikelilingi udara sejuk sepoi karena terdapat pohon yang sangat besar yang menutupi seluruh halaman pendopo tersebut. Aku pun duduk dibawah pohon besar dengan kakek sambil beristirahat menikmati kesejukkan udara yang menenangkan percakapan kami. Kemudian aku bertanya kepada kakek,”kek? Apakah kakek mengetahui tentang sejarah berdirinya pendopo kasepuhan ini?” kakekpun menjawab dengan tegas, ”oh,ya jelas tau nak”,sambil tersenyum senang. Akupun semakin tidak sabar mendengar kakek bercerita, sesegera mungkin aku menyuruh kakek bercerita.
Kakek pun bercerita, ”Pada zaman dahulu, terdapat seorang pejabat Kerajaan Majapahit yang bertugas turun ke desa-desa dan ke pelosok-pelosok. Pejabat kerajaan terserabut bernama “Mbah Jagal Abilowo”. Pada suati hari Mbah Jagal Abilowo melaksanakan perjalanan untuk turun ke desa-desa. Di tengah-tengah perjalanan beliau  turun ke desa-desa, beliau berhenti dibawah pohon besar untuk beristirahat. Pohon besar tersebut bernama pohon bulu. Dalam melepas rasa lelah dan penat dipohon bulu yang besar tersebut, beliau sangat senang dan nyaman berada disitu. Dan pada akhirnya Mbah Jagal Abilowo membuat suatu gubug gedek (rumah bambu) di samping pohon bulu tersebut untuk dijadikan tempat tinggalnya. Setelah beberapa tahun kemudian Mbah Jagal Abilowo tinggal digubug gedek tersebut. Namun ada kejadian aneh yang menimpa keluarga Mbah Jagal Abilowo. Kejadian tersebut adalah  pada suatu hari istri Mbah Jagal Abilowo pergi ke pasar. Sebelum beliau pergi ke pasar, istri Mbah Jagal Abilowo berkata kepada anaknya yang tertua yaitu “ tolong adikmu dirumat ” (tolong adikmu dirawat untuk dimandikan).  Karena anak yang tertua tadi masih polos dan lugu, dia berpikiran bahwa ibunya berpesan untuk dirumat dengan cara dipegang lalu dideplok atau ditumbuk didalam suatu lumpang dengan menggunakan alu. Setelah itu adiknya ditumbuk dan dihancurkan lalu dimasak untuk dijadikan lauk pauk berupa dendeng atau olahan daging yang telah dipipihkan dengan cara ditumbuk. Selang beberapa jam ibunya pun datang dari belanja di pasar dan memasak untuk makan keluarganya. Setelah selesai masak, ibunya segera memanggil anak-anaknya untuk diajak makan bersama-sama. Makan besar pun telai selesai dan perut pun terasa kenyang. Dan tiba-tiba Mbah Jagal Abilowo bertanya kepada anaknya yang tertua “Dimana adikmu?” dan dengan polosnya anak tertua tertua tersebut menjawab bahwasanya adiknya telah dirumat atau dimasak untuk makan. Mendengar jawaban dari anak yang tertua tadi ayahnya terkejut dan marah sekali melihat anaknya menjadi dendeng. Dalam kemarahan yang sangat membara itu, Mbah Jagal Abilowo melempar lumping dan alu yang digunakan anaknya untuk menumbuk adiknya menjadi dendeng. Lumping dan alu yang telah dilempar tersebut jatuh didusun payan desa punten dan alunya telah berubah menjadi sebuah pohon yang disebut pohon po. Dan tempat tinggal Mbah Jagal Abilowo bersama keluarganya sekarang menjadi pendopo kasepuhan ini.” “begituah ceritanya nak asal mula dinamakan dusun Buludendeng”. Aku pun menjawab, ”terima kasih kakek” dengan tersenyum manja aku mengatakanya. Kata kakekku pohon tempat aku bersandar dengan kakekku sekarang adalah pohon yang telah ditempati Mbah Jagal Abilowo untuk beristirahat waktu itu. Dan gubug atau rumah bambu Mbah Jagal Abilowo yaitu sekarang yang telah dijadikan pendopo kasepuhan ini.
Aku sungguh bangga dengan kakekku ini. Beliau masih ingat betul kejadian pada         tahun lalu berlalu. Tidak ada satupun yang tidak beliau ceritkan kepadaku, bahkan tidak ada kata lelah untuk terus melangkah bersamaku dan berbagi ilmu menceritakan sejarah dan budaya desa tercintaku ini. Sambil menyantap pisang goreng yang dibawakan ibu, Kakek Darmadji melanjutkan bercerita tentang asal usul pendopo kasepuhan di Dusun Buludendeng, Desa Bulukerto. Pendopo yang sudah direnovasi sejak tanggal 23 November 2006 ini memiliki lokasi yang sangat strategis. Berada ditengah-tengah Dusun dan perkampungan.  Pendopo kasepuhan ini juga dipakai untuk menyimpan kuda lumping milik kesenian Desa Bulukerto. Aku telah melihat tempatnya ditaruh disebelah pohon besar tersebut.
             Aku masih asyik mendengar cerita kakek. Sambil tertawa kakek bilang kepadaku,”Ingat ta kamu nduk, waktu kamu nagis minta naik kepala barong?” Dengan nada ringan aku menjawab “Tentu saja ingat kek, waktu itu aku tidak berhenti menangis sebelum naik kepala barong”. ”Iya nduk kalau sudah muter-muter naik kepala barong kamu baru mau turun” hahahaha Kakek Darmadji tertawa lepas.
           Pendopo kasepuhan ini selalu digunakan untuk menggelar berbagai macam kesenian, selain kuda lumping, reog ponorogo, ada juga samboyo dan tayub. Selain itu, kegiatan ritual masyarakat setempat juga dilaksanakan di pendopo kasepuhan tersebut. Seperti selamatan desa, musyawarah desa, malam tirakat (malam proklamasi) dan perkumpulan yang dilaksanakan oleh warga setempat. Karena aku dan kakek telah cukup lama beristirahat dan melihat-lihat pendopo kasepuhan, aku dan kakek pun meninggalkan tempat tersebut dan melanjutan tempat selanjutnya.
Sambil menaiki sepeda tua kakek, aku pun menikmati perjalanan dengan panas terik matahari yang sangat kejam. Ketika diperjalanan kakek melewati sumber mata air yang biasa disebut oleh warga sekitar dengan sebutan “Umbul”. Kemudian kakek bercerita bahwa umbul tersebut terletak di Dusun Gemulo di desa kami ini. Umbul ini merupakan salah satu tempat yang dijadikan perbatasan dengan desa tetangga kami, yaitu Desa Sidomulyo. Umbul ini dijadikan mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi warga sekitar. Sumber mata air Umbul ini merupakan sumber mata air yang disalurkan sampai Kota Malang selain itu juga digunakan sebagai tambak ikan hias sekaligus rumah makan dan biasanya digunakan pula sebagai tempat edukasi. Tidak lupa umbul ini juga digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh warga, seperti mencuci baju,mandi,dan lain-lain. Umbul ini juga merupakan tempat yang digunakan sebagai tempat melaksanakan adat warga sekitar gemulo sendiri yaitu digunakan sebagai selamatan yang bertujuan untuk sedekah antar warga agar tempat tinggalnya gemah ripah loh jinawi, serta para warga diberi kesehatan dan banyak rezeki. Itu cerita sekilas dari kakek setelah melewati umbul.
Hari pun telah berganti menjadi sore, aku dan kakek singgah disebuah tempat makan pinggir jalan di Dusun Gintung. Ketika aku sedang menikmati makanan, tanpa sengaja aku melihat gerumbulan para bapak-bapak yang sedang membawa makanan. Melihat hal itu, akupun bertanya  kakek.
         Kakek pun menjawab bahwa di Dusun Gintung telah diadakan selamatan tirakat. “Apa itu selamatan tirakat kek?” kataku dengan wajah penasaran. “ Selamatan tirakat, dimana selamatan artinya selamat yaitu kegiatan perkumpulan dengan maksud sedekah antar warga dan saling berdoa agar diberi keselamatan dalam memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.” kata kakekku. Mulai dari itupun aku faham bahwa selamatan adalah sedekah dengan maksud agar selalu diberi limpahan kesehatan dan rezeki. Di desa Bulukerto ini ada berbagai macam acara selamatan yang mempunyai tempat sendiri-sendiri tergantung dari masing-masing dusun.
 Ada yang namanya Barik’an yaitu selamatan yang diadakan pada hari kamis kliwon setiap bulan Sya’ban.  Untuk Dusun Cangar berada di Ringin Anom, Dusun Keliran berada di Punden Keliran, Dusun Gemulo di sumber mata air Umbul, Dusun Buludendeng berada di Punden Kasepuhan dan Dusun Gintung di makan Mbah Imam Sujono. Begitu asyik percakapan kami sampai-sampai lupa kalau warung nasi ini sudah mau ditutup. Akhirnya melanjutkan kami melanjutkan perjalanan selanjutnya.
            Langkah kami terakhir adalah melihat suatu kampung yang dulu masih berupa ladang persawahan namun kini telah berubah menjadi rumah yang padat dalam gang kampung yang sangat populer dengan sebutan kampung baru. Kukira kampung ini adalah kampung kecil karena aku melihat dari sisi jalan masuk gang yang lumayan sempit. Setelah aku memasuki kampung tersebut ternyata kampungnya sangat luas dan padat penduduk. Tak kukira kampung yang begitu kecil mempunyai banyak keistimewaan didalamnya. Kakekku menceritakan kepadaku, bahwa warga kampung ini saling berusaha untuk menjadikan kampung ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kampung ini dibentuk warga menjadi kampung edukasi sekaligus kampung hiburan yang nyaman untuk anak. Dalam dinding-dingin rumah warga telah dihiasi dengan lukisan yang sangat indah, selain lukisan ada juga slogan-sogan yang ditulis di dinding yang mempelopori para warga akan hak-hak anak didunia ini. Selain itu dikampung ini ternyata juga terdapat perpustakaan keliling yang terbuat dari gerobak yang tidak terpakai. Karena aku sangat suka berfoto, akupun berjalan-jalan keliling kampung untuk mencari tempat foto yang bagus. Akhirnya menemukan tempat yang  sangat indah. Dengan dihiasi gemerlap lampu malam yang berkelip-kelip di atas ranting pohon dilengkapi dengan daun dan bunga yang terbuat dari botol bekas air minum. Hal ini begitu mengejutkanku. Aku sangat terkesan dengan kampung ini. Kampung yang mendapat julukan kampung ramah anak. Setelah lama aku dan kakek berkeliling menyusuri kampung ini, ada seseorang yang tiba-tiba menyapa kakekku. Ternyata dia adalah seorang pemimpin di kampung yaitu bapak RT. “kenapa kampung ini dijuluki dengan gang ramah anak?sepertinya dulu dijuluki kampung baru?”kata kakekku.”karena warga kampung ini mempunyai bertambah banyak penduduknya terutama anak-anak kecil. Sehingga para pemuda kampung ini mempunyai inisiatif yaitu merenovasi dan membuat wahana bermain untuk anak sekaligus tempat edukasi bagi anak-anak kampung ini. Para pemuda kami bermaksud untuk mengalihkan kebiasaan anak-anak yang bermain gadget menjadi bermain berbagai macam mainan tradisional yang telah disediakan,dengan begitu hubungan sosial kemasyarakatan anak-anak juga akan terjalin,sehingga anak-anak tidak sibuk dengan dirinya dan dunianya sendiri akan tetapi lebih mengenal teman sebayanya dengan bermain bersama. Untuk menarik perhatian anak-anak,pemuda kami saling gotong royong membuat mural didinding-dingin rumah warga serta dijalan-jalan. Tak lupa pula,anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam permainan tradisional seperti ular tangga,congklak,ayunan,dakon,dan masih lagi .” cerita panjang dari pak RT.
Karena tempat ini yang begitu nyaman, maka tak terasa waktuku dan kakek berjalan-jalan telah usai. Padahal sebenarnya masih banyak sekelumit pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepada beliau. Akan tetapi kakek sudah mengajakku untuk kembali kerumah. Aku juga tahu wajah letih kakek yang seharian ini menemaniku. Walaupun kakek tak pernah mengeluh dengan sejuta pertanyaan dan kenakalanku yang mengajak kakek untuk terus berpetualang. Terima kasih kakek yang seharian ini sudah memanjakan aku menikmati keindahan dan kesejukan kampung desaku tercinta. Perjuangan kakek mulai dari puluhan tahun yang lalu dan semangat kakek yang terus melestarikan kebudayaan serta kesenian desa ini perlu diberi penghargaan yang setinggi-tingginya. Sekarang giliranku yang harus meneruskan semangat dan perjuangan kakek. Kebudayaan, adat istiadat, dan kearifan lokal harus terus dipertahankan. Kalau tidak sekarang lalu kapan lagi?. Itulah sekelumit perjalanan singkatku bersama kakek. Banyak pelajaran yang aku dapatkan dari perjalanan singkat ini. Mudah-mudahan aku bisa menjadi manusia tangguh seperti kakek. TAMAT.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memperingati Hari Santri

Assalamualaikum, wr, wb Hai teman-teman😁kembali lagi nih dengan story di blog aku hehe. Dan yang Baru datang aku ucapin selamat datang ...